mercredi, juin 13, 2007

Village Adventure

Akhirnya kembali ke Jakarta dengan selamat sehat walafiat...

6 hari yang lalu, sekolahku mengadakan acara Live In (semacam bakti sosial, tapi para siswa tinggal bersama dengan penduduk setempat) di sebuah daerah bernama Boro, Jawa Tengah. Boro terletak sekitar satu jam perjalanan dari Yogyakarta. Perjalanan dari Jakarta memakan waktu sekitar 14 jam menggunakan bus. Di Boro sendiri, kami hanya menetap selama 4 hari 3 malam.

Hari pertama, kebagian rumah yang berada sekitar 5km dari basecamp awal semuanya berkumpul, pas nyampe langsung disambut oleh kakak dan ibu angkatku. Sehari itu diisi dengan ngobrol2 bersama ibu dan membantu kegiatan rumah tangga. Sore hari, adikku pulang dari sekolah. Berhubung ibu sedang membelah buah kakao dan aku yang menawarkan bantuan sepertinya tidak berguna banyak, jadilah aku menghabiskan waktu berjalan2 ke sawah bersama adik. Malamnya, ngumpul di rumah kepala desa yang punya tempat khusus buat arisan. Main kartu sampe jam 10an, lalu pulang dan tidur. Ditemani dengung tawon yang bersarang di kamar.

Hari kedua, berkelana ke desa sebelah bersama teman-teman. Sambil nonton anjing dibakar, kami main kartu lagi hanya dengan duduk di atas batu dan menggunakan papan catur sebagai meja kartu. Lalu, menemani teman2 pulang dan duel catur dengan orang terjago seangkatan. Meskipun situasi sangat menguntungkan bagiku, salah satu temanku yang beraliaskan "si freak" menggerak-gerakkan bidak catur kudaku dan bersuara seperti kuda. Jadilah aku kalah karena konsentrasi buyar dan tertawa sampai puas. Usai main, ditawarin tongseng anjing, dengan bahan segar yang baru pagi tadi dibunuh. Aku tentu menolak. Cuman nyicip sepotong kecil. Kemudian, pulang ke rumah dan menghabiskan waktu bersama adik. Malam, kembali berkumpul ke rumah kepala desa dan main kartu.

Hari ketiga, karena merasa ini hari terakhir dan pengen cari kenangan seru, aku pergi ke air terjun Curug yang ternyata cukup jauh dari desa. Pakai mobil bak buat ngangkut sapi pun makan sekitar satu jam. Tapi nggak rugi, setelah outbound seru melompati bebatuan licin nan berlumut, air terjunnya bagus banget. Bisa mandi di situ pula, sayang nggak bawa baju ganti. Anehnya, di sana sinyal fren kuat. Kesempatan, nelpon dearest aja. Pulang ke desa, menemani teman2 makan tongseng anjing, lalu kembali ke rumah. Sisanya diisi dengan tidur karena lelah, dan mencari dedaunan di sawah bersama adik. Adik, kamu seram deh bawa2 sabit kemana-mana. Malamnya, seperti biasa, berkumpul di rumah kepala desa dan pulang jam 10.

Hari keempat, berpamitan dengan keluarga angkat dan pergi ke Yogya. Tentunya beli titipan anak2: Kaos Adem Air, Paket Wisata Dasar Laut. Dapatkan diskon hingga 70%. Terbang murah nyawa murah, kami ahlinya. Serta bikin tattoo temporari (harus pake i, bukan y) di punggung tangan. Pengennya sih ketemuan sama temen di sana, tapi apa boleh buat, waktu mepet dan dia lagi ada semesteran. Untuk menemani perjalanan pulang, aku beli kaset Bond: Explosive. Nggak rugi, ternyata. Perempuan-perempuan cantik ini memainkan kwartet string dengan sangat indah (kwartet string terdiri dari Violin Sopran, Violin Alto, Viola, dan Cello). Sambil nyolong walkman temen, perjalanan ke Jakarta selama 13 jam hampir tak terasa.

Side stories:
1. Malam hari, temanku mau mandi. Pakai senter dong, karena gelap. Sambil ngambil air, keliatan bayang2 di dasar bak mandi. Lele. Mujair. Belut. "Anjir! Gue udah sikat gigi dua kali di sana!" katanya.

2. Desa ini punya sedikit listrik, sekedar untuk lampu. Tapi nggak berlaku buat beberapa rumah seperti yang punya AC, atau PS2 dua biji buat rental, atau kulkas dan dua TV warna. "Harusnya rumah gue nih yang dijadiin tempat Live In!" kata salah satu temanku.

3. Jalan rame2 malam hari, nganter temen pulang. Pake senter, kan gelap. Di jalan, ngeliat bapak2 tua jalan nggak pake senter dengan tangan di belakang. "Mari pak," ujar anak2. "Ya, mari..." balas bapaknya dengan suara seperti mayat hidup. Setelah berpapasan, anak2 sadar bahwa dia bawa golok di belakang. Langsung pada ngibrit.

4. Jam dinding di rumah menunjukkan 7.15, saatnya pergi ke tempat pak kepala desa. Nyampe di sana 5 menit kemudian. Jam dinding di sana menunjukkan 5.30. Aku menatap jam sakuku. 7.05.

5. Kalau di Jakarta ada anjing dirantai buat jaga rumah, di sana ada orang gila dirantai dan mengejarmu dengan empat kaki sambil menggonggong.

6. Ada guru boker di bis sebelah, padahal tulisannya urine only. Sambil bus goyang2 karena jalannya cepat dan berbatu, ngecret2 lah itu fasces yang nggak bisa disiram ke mana-mana. Udah disemprot bayfresh pun, baunya masih terasa amat segar.

Aucun commentaire: