samedi, janvier 05, 2008

Journey Home

Akhirnya, bisa nulis blog lagi meskipun bukan dari komputer sendiri. FastNet terbukti nggak bermutu baik di daerah gue, dan sepertinya udah saatnya ganti provider. Bukan itu sih alasan utama mau nulis ini..

Tanggal 23 yang lalu, gue pergi untuk berlibur. Dan baru kemaren pulang tanpa jetlag. Beneran, tanpa jetlag. Soalnya gue di pesawat nggak tidur, jadi pas nyampe malem langsung ngantuk. Sayangnya ngga sempet mengumbar cinta di telepon karena cewek gue udah tidur. Tapi cukup lelap kok, untuk tidur lebih dari 6 jam. Gue ngga bisa tidur lebih dari 6 jam sekali tidur. Tapi yah terus tidur lagi.. capek bro..

Anyways, perjalanan pertama ke Singapore. Negara kecil banget yang menurut gue jauh lebih tertib daripada di Indonesia. Ato di Jakarta, kalo mau dibanding2in. Yah, emang kulturnya beda kali yah. Di sana nggak pernah gue liat orang yang ngelanggar lampu merah. Nggak ada satupun. Bahkan di saat ngga ada halangan sama sekali buat melaju. Kayaknya tilangnya gede. Di sana gue jalan2 ke Orchard Road (nyari toko Warhammer, tapi ngga nemu) yang ternyata nggak sekeren yang gue kira. Cuman jalanan yang banyak toko2 bermerek aja. Tapi di sana ada gedung namanya Wheelock place, dimana ada toko buku gede bernama Borders. Setelah beli Prophet karya Kahlil Gibran, gue pergi ke Esplanade, semacem gedung buat opera dan konser. Dan berhubung itu hari natal, gue nonton band (if you can call it a band) namanya Ministry of Bellz. Itu adalah 10 orang yang masing-masing pegang Traditional English Bell. Cuma bisa satu nada per bell, tapi kombinasinya cukup bikin tercengang. Besoknya, udah harus berangkat lagi ke London.

Perjalanan di pesawat terlewati dengan cukup cepat berkat keberadaan TV di Emirates. Harry Potter and the Order of the Phoenix serta Pirates of the Caribbean: At World's End terbukti menghibur 6,5 jam di pesawat (sampe Dubai doang transit). Dilanjutkan dengan Ratatouille dan Fantastic Four: Rise of the Silver Surfer untuk 6,5 jam berikutnya sampe London Heathrow. Heathrow itu nama airport, by the way. Kalo di sini kan Soekarno-Hatta.

Next dijemput sama kakak gue (tujuan utama dateng ke sini buat jengukin dia) di Heathrow. Hari itu masih siang, dan dihabiskan dengan berleha-leha di apartmen sewaan serta pergi ke Trafalgar Square. Ada patungnya Admiral Nelson, orang yang ngalahin Napoleon katanya. Terus besoknya nyewa mobil dan pergi ke Cranfield, kota tempat kakak gue kuliah. Mumpung deket gue juga mampir ke Springfield, dan sayangnya ngga ada orang berkulit kuning di sana. Dan perjalanan naek mobil di London sangat tidak disarankan. Banyak jalan sempit, one-way, dan nama jalan yang kecil dan terletak di tembok rumah. Bikin pusing dan stress. Untungnya, di London bisa sekalian menikmati pemandangan. Segala hal di London adalah pemandangan. Merobohkan gedung tua tuh illegal (dan juga mendirikan Shopping Malls), jadi masih banyak brickhouses dan gedung-gedung indah dari jaman 1950an. Semua gedung di London pernah rata dengan tanah karena dibom Jerman, by the way. Kecuali Saint Paul's Cathedral yang masih berdiri tegak dari jaman dahulu kala.

Dua hari di London belum cukup buat liat apapun, tapi apa mau dikata, jadwalnya adalah ke Swiss. Di negeri yang iklannya nggak jauh dari jam, piso, ato bank itu, gue ikut tour buat liat Geneva. Sebenernya sih bagus, apalagi Old Town nya. Banyak bangunan-bangunan tua di sana, dari jaman Roman Empire menguasai. Masih banyak yang mau diliat, tapi sayang nggak sempet, dan karena winter jadi ngga bisa naek kapal di danau. Dingin. Tadinya mau naek ke Mont Blanc, tapi karena ada daerah yang masuk Perancis (dan gue ga punya visa ke situ) jadi ngga bisa deh. Anyways, cukup menyenangkan di sana. Oh, ada keluarga dari Jakarta juga di tour yang sama. Mereka sepertinya nggak terlalu niat ngobrol sama keluarga gue, jadi kita misah aja.

Back to London, tempat dimana segalanya muahal dan gue nggak pengen beli apapun karena selalu nge-kurs duitnya. Masa BigMac aja 5 Pounds. Gila, 100 ribu! Males deh jadinya. Nah, sekarang banyak waktu buat jalan2. Jadinya hari itu gue ngeset jadwal buat besok dan lusa, sambil masak sendiri malemnya. Besoknya tour dimulai. Bagian ini harus punya paragraf sendiri karena banyak yang perlu dijelasin.

Tour 1: Historical & Modern London
Perjalanan ini membawa gue ke Buckingham Castle, yang sayangnya lagi nggak dibuka untuk umum. Meskipun begitu, keindahannya udah bisa diliat dari luar. Pasti jauh lebih bagus lagi kalo bisa masuk, tapi untuk sementara waktu gue ngira2 aja deh dari nonton National Treasure. Abis itu ke Cavalry Academy, ngeliat pasukan berkudanya ganti shift. Ceremony yang tertib dan menarik banget buat gue, meskipun mungkin cuman baris-berbaris biasa. Selesai gitu, gue ke Covent Garden buat makan di Pub. Hmm, masakan Inggris nggak sejelek yang gue kira, tapi pasti makanan hambar kaya gini udah salah satu makanan terbaiknya. Di sana juga sempet nonton sirkus kecil-kecilan, yang walau keliatannya sederhana tapi bagus dan lucu lawakannya. Dari Covent Garden, bis melaju ke Westminster Abbey. Nggak bisa dijelasin pake kata-kata deh di dalem sana (oi, kalo ga bisa dijelasin ngapaen lo nulis blog, geblek? -red). Arsitekturnya kuno banget, dan banyak patung-patung luarbiasa indah di dalam sana. Ada makam orang-orang terkenal seperti Sir Isaac Newton dan Charles Darwin. Dan yang paling keren dari itu semua adalah sebuah hall dengan barisan kursi gereja di kanan-kiri. Kursi gerejanya bukan kaya biasa, tapi di punggung kursi itu ada tower kayu tinggi yang di temboknya ditempel lambang Knight Orders dari masa lalu. Dan Knight Orders yang masih ada, masing-masing helmnya dipasang di
puncak tower-tower kayu itu. Coat of Arms nya dipasang di atas helm tersebut. Really, it's a spiritual experience di situ. Coolest thing I've ever seen. Dari Westminster Abbey, gue naik kapal di River Thames dan ngeliat di kiri-kanan ada apa (termasuk ngeliat Big Ben dan London Bridge yang ternyata cuma jembatan kuno biasa). Turun di salah satu stasiun di River Thames, gue pergi ke Tower of London. Ada 12 Towers, tapi gue cuman masukin 2 karena waktu terbatas. Salah satunya adalah Jewel House, tempatnya Royal Jewels disimpen. Perhiasannya buagus-buagus dan muahal-muahal banget pastinya. Katanya sih didapet dari India dan South Africa waktu pemimpin-pemimpin mereka mati. Well, we all know the truth. Abis itu ke Bloody Tower. Dari namanya udah bisa ditebak, itu tempat penyiksaan dan pembunuhan bangsawan. Nobles kill nobles to become more noble. How does that sound?

Tour 2: Windsor, Stonehenge, and Bath
Windsor castle is as good as you can get as a castle. Hampir semuanya berlapis emas, dengan lukisan-lukisan berbagai bangsawan yang nggak kalah bagusnya sama Da Vinci. Dan orang-orang terkenal pula yang melukis. Raphael, misalnya. Windsor castle bentuknya mirip benteng, khususnya dengan watchtowers yang berbentuk bundar. Cuma Windsor satu-satunya tempat di England yang punya bentuk watchtower bundar. Design from Syria. Anything you want from a castle you can get in Windsor. Abis liat2 di sana, trus pergi ke Stonehenge. Jauh lebih bagus dari yang ada di foto-foto ato di postcards. Dan katanya tangal 23 Juni (longest day on earth) pagi hari pas sunrise pemandangannya bagus banget di sana. Dengan matahari terbit tepat di tempat sebuah batu didirikan dan cahayanya melewati susunan Stonehenge dengan tepat pula. Mystical, pengakuan orang-orang yang pernah melihatnya. 20rb orang datang tiap taun tanggal 22 malam untuk nginep dan bangun jam 4 pagi di sana. Nah, setelah liat keajaiban dunia yang satu itu, gue pergi ke Bath. Bath itu nama kota yang punya satu2nya mata air panas, dan tentara Roma jaman dulu mendirikan tempat pemandian di sana. Roman architecture dan peninggalan-peninggalan kuno di sana bener2 bikin tercengang. Katanya sih ngga boleh pegang airnya di sana, tapi rasanya hangat dan baik2 aja kok..

Bagian shopping buat oleh2 besoknya nggak usah diceritain yah.. Pokoknya abis itu gue pulang naek pesawat 22 jam + transit dubai 3 jam + jetlag 7 jam...