lundi, juin 25, 2007

Roleplayer

This post is heavily Dungeons and Dragons related.

Roleplayer, suatu sebutan dalam DnD untuk seseorang yang dapat bersandiwara sebagai karakter selain diri sendiri.

Mungkin terdengar mudah, namun (setidaknya menurut saya) roleplaying bukanlah hanya bersandiwara, melainkan meresapi dan memahami karakter tersebut secara menyeluruh. Baik dari emosi, sifat dasar, sampai pandangan akan kehidupan. Dengan begitu, kita sendiri literally menjadi karakter tersebut secara tidak langsung.

Sometimes, it's fun being a roleplayer.

Siapa sih, yang tidak pernah sekalipun berpikir untuk menjadi seseorang yang lain? Yang lebih, yang sempurna, yang memiliki sifat dan karakter seperti yang kita dambakan untuk diri sendiri, yang cocok untuk dipakai dalam membuat cerita bagus, atau yang [masukkan kata sifat di sini]. Apalagi kalau didukung dengan environment yang sempurna pula, hasil karya otak manusia yang amat canggih dan mengenal istilah fantasi.

Menyenangkan, kadang. Khususnya, karena bermain DnD sebagai roleplayer membuat main lebih dari sekedar mencari kesenangan. Cerita yang bagus pun lahir dari roleplaying. Saya yakin, semua penulis cerita yang mendasarkan cerita mereka pada Dungeons and Dragons akan me-roleplay karakter mereka untuk menentukan alur cerita dan tindakan-tindakan yang diambil karakternya.

Untungnya (atau sialnya mungkin), saya suka menulis.

Sometimes, it's not fun being a roleplayer.

Masalah utama yang sering saya hadapi adalah pengendalian emosi. Tidak jarang emosi dan perasaan karakter yang saya roleplay meresap ke dalam diri saya sendiri. Perasaan tersebut seakan-akan bersarang di hati saya, meskipun ketika saya pikir secara logis, tidak ada alasan bagi saya untuk merasa seperti itu.

Bagus kalau perasaan yang meresap itu mengandung kebahagiaan, cinta kasih, atau kebaikan hati. Lebih bagus lagi bila perasaan itu bisa saya sebarkan ke orang lain agar mereka ikut bahagia. Tapi kalau perasaan itu adalah kebencian dan kesengsaraan? Bisa pula saya sebarkan ke orang lain agar mereka ikut sengsara, kan?

Saya belum ahli dalam memisahkan khayalan dan kenyataan. Kadang berhasil, kadang tidak. Dan saat ini, saya rasa saya butuh bantuan dalam melakukannya. Apakah ada yang bersedia membantu saya dengan setidaknya menjawab pertanyaan "bagaimana caranya?" ?

mercredi, juin 13, 2007

Village Adventure

Akhirnya kembali ke Jakarta dengan selamat sehat walafiat...

6 hari yang lalu, sekolahku mengadakan acara Live In (semacam bakti sosial, tapi para siswa tinggal bersama dengan penduduk setempat) di sebuah daerah bernama Boro, Jawa Tengah. Boro terletak sekitar satu jam perjalanan dari Yogyakarta. Perjalanan dari Jakarta memakan waktu sekitar 14 jam menggunakan bus. Di Boro sendiri, kami hanya menetap selama 4 hari 3 malam.

Hari pertama, kebagian rumah yang berada sekitar 5km dari basecamp awal semuanya berkumpul, pas nyampe langsung disambut oleh kakak dan ibu angkatku. Sehari itu diisi dengan ngobrol2 bersama ibu dan membantu kegiatan rumah tangga. Sore hari, adikku pulang dari sekolah. Berhubung ibu sedang membelah buah kakao dan aku yang menawarkan bantuan sepertinya tidak berguna banyak, jadilah aku menghabiskan waktu berjalan2 ke sawah bersama adik. Malamnya, ngumpul di rumah kepala desa yang punya tempat khusus buat arisan. Main kartu sampe jam 10an, lalu pulang dan tidur. Ditemani dengung tawon yang bersarang di kamar.

Hari kedua, berkelana ke desa sebelah bersama teman-teman. Sambil nonton anjing dibakar, kami main kartu lagi hanya dengan duduk di atas batu dan menggunakan papan catur sebagai meja kartu. Lalu, menemani teman2 pulang dan duel catur dengan orang terjago seangkatan. Meskipun situasi sangat menguntungkan bagiku, salah satu temanku yang beraliaskan "si freak" menggerak-gerakkan bidak catur kudaku dan bersuara seperti kuda. Jadilah aku kalah karena konsentrasi buyar dan tertawa sampai puas. Usai main, ditawarin tongseng anjing, dengan bahan segar yang baru pagi tadi dibunuh. Aku tentu menolak. Cuman nyicip sepotong kecil. Kemudian, pulang ke rumah dan menghabiskan waktu bersama adik. Malam, kembali berkumpul ke rumah kepala desa dan main kartu.

Hari ketiga, karena merasa ini hari terakhir dan pengen cari kenangan seru, aku pergi ke air terjun Curug yang ternyata cukup jauh dari desa. Pakai mobil bak buat ngangkut sapi pun makan sekitar satu jam. Tapi nggak rugi, setelah outbound seru melompati bebatuan licin nan berlumut, air terjunnya bagus banget. Bisa mandi di situ pula, sayang nggak bawa baju ganti. Anehnya, di sana sinyal fren kuat. Kesempatan, nelpon dearest aja. Pulang ke desa, menemani teman2 makan tongseng anjing, lalu kembali ke rumah. Sisanya diisi dengan tidur karena lelah, dan mencari dedaunan di sawah bersama adik. Adik, kamu seram deh bawa2 sabit kemana-mana. Malamnya, seperti biasa, berkumpul di rumah kepala desa dan pulang jam 10.

Hari keempat, berpamitan dengan keluarga angkat dan pergi ke Yogya. Tentunya beli titipan anak2: Kaos Adem Air, Paket Wisata Dasar Laut. Dapatkan diskon hingga 70%. Terbang murah nyawa murah, kami ahlinya. Serta bikin tattoo temporari (harus pake i, bukan y) di punggung tangan. Pengennya sih ketemuan sama temen di sana, tapi apa boleh buat, waktu mepet dan dia lagi ada semesteran. Untuk menemani perjalanan pulang, aku beli kaset Bond: Explosive. Nggak rugi, ternyata. Perempuan-perempuan cantik ini memainkan kwartet string dengan sangat indah (kwartet string terdiri dari Violin Sopran, Violin Alto, Viola, dan Cello). Sambil nyolong walkman temen, perjalanan ke Jakarta selama 13 jam hampir tak terasa.

Side stories:
1. Malam hari, temanku mau mandi. Pakai senter dong, karena gelap. Sambil ngambil air, keliatan bayang2 di dasar bak mandi. Lele. Mujair. Belut. "Anjir! Gue udah sikat gigi dua kali di sana!" katanya.

2. Desa ini punya sedikit listrik, sekedar untuk lampu. Tapi nggak berlaku buat beberapa rumah seperti yang punya AC, atau PS2 dua biji buat rental, atau kulkas dan dua TV warna. "Harusnya rumah gue nih yang dijadiin tempat Live In!" kata salah satu temanku.

3. Jalan rame2 malam hari, nganter temen pulang. Pake senter, kan gelap. Di jalan, ngeliat bapak2 tua jalan nggak pake senter dengan tangan di belakang. "Mari pak," ujar anak2. "Ya, mari..." balas bapaknya dengan suara seperti mayat hidup. Setelah berpapasan, anak2 sadar bahwa dia bawa golok di belakang. Langsung pada ngibrit.

4. Jam dinding di rumah menunjukkan 7.15, saatnya pergi ke tempat pak kepala desa. Nyampe di sana 5 menit kemudian. Jam dinding di sana menunjukkan 5.30. Aku menatap jam sakuku. 7.05.

5. Kalau di Jakarta ada anjing dirantai buat jaga rumah, di sana ada orang gila dirantai dan mengejarmu dengan empat kaki sambil menggonggong.

6. Ada guru boker di bis sebelah, padahal tulisannya urine only. Sambil bus goyang2 karena jalannya cepat dan berbatu, ngecret2 lah itu fasces yang nggak bisa disiram ke mana-mana. Udah disemprot bayfresh pun, baunya masih terasa amat segar.

jeudi, juin 07, 2007

Tagged by Neng

1. Grab the book nearest to you, turn to page 18, and find line 4.“...susu karena akan meningkatkan pengeluaran..."

2. Stretch your left arm out as far as you can. Done.

3. What is the last thing you watched on TV? Kabelvision Schedule

4. Without looking, guess what time it is: 7.21

5. Now look at the clock. What is the actual time? 6.50

6. With the exception of the computer, what can you hear? Someone ironing outside my room

7. When did you last step outside? What were you doing? Yesterday, Multiverse (warnet)

8. Before you started this survey, what did you look at? Ya monitor, lah!

9. What are you wearing? underwear, celana santai bali, kaos sma

10. Did you dream last night? think so

11. When did you last laugh? Last night

12. What is on the walls of the room you are in? a clock, two puzzles, AC, remot AC, cetekan lampu

13. Seen anything weird lately? all my friends

14. What do you think of this quiz? simply a tag

15. What is the last film you saw? pirates of the caribbean: at world's end

16. If you became a multi-millionaire overnight, what would you buy? an engagement ring, a house, sama resepsi... oh, sama buat nyogok bikin ktp, soalnya ga ngaruh kalo gue nikah tapi gak legal

17. Tell me something about you that I don't know: umm, i love my girlfriend?

18. If you could change one thing about the world, regardless of guilt or politics, what would you do? erase war.

19. Do you like to dance? tergantung, yang ada seninya atau yang cuman joget kaya ayam dijepret?

20. George Bush: bushy

21. Imagine your first child is a girl, what do you call her? Arien, berdasarkan persetujuan dengan calon istri

22. Imagine your first child is a boy, what do you call him? Leon (kalo leo) ato Laurel (kalo nggak leo). Laurel nama cowok, btw.. moga2 anak gue yang ini bishonen supaya bisa dikerjain

23. Would you ever consider living abroad? cewek gue ikut gak?

24. What do you want God to say to you when you reach the pearly gates? Hi.

25. 4 people who must also do this meme in THEIR journal: yang mau aja lah...

dimanche, juin 03, 2007

Responsibility

Is one tough thing to keep.

Aku sendiri bukan orang yang bisa dibilang bertanggung jawab. Sangat banyak hal yang tidak berhasil kulakukan, janji-janji yang tidak ditepati, maupun hal-hal kecil yang terlupakan. Ya, aku menyesal akan semua itu, aku meminta maaf akan semua itu, dan aku ingin membayar tanggung jawab yang tidak kutepati dengan suatu bentuk ganti rugi. Sayangnya, aku tidak tahu bagaimana caranya.

Seperti kakakku yang berbisnis sepatu. Ia menerima pesanan sebuah sepatu, tapi ia membuat sepatu tersebut tidak sesuai dengan pesanan. Alasannya, "Aku nggak punya cetakan seperti itu! Ya mau bagaimana lagi?" Padahal, sang pemesan sepatu tadinya akan menikah mengenakan sepatu pesanannya itu. Dan sekarang hancurlah sudah rencana indah tersebut.

Kurasa, sudah sepantasnya kakakku meminta maaf, bertanggung jawab, serta mengganti kerugian yang dialami oleh pemesan sepatu itu. Sayangnya, lelaki bajingan yang satu ini bersikeras bahwa ia berada di posisi yang benar, dengan alasan "tidak punya cetakan, karena itu harus memaklumi hal tersebut." Ia bahkan tidak meminta maaf.

Aku tidak ingin menjadi seperti dia. Aku ingin meminta maaf. Aku ingin mengganti rugi. Hanya saja aku tak tahu bagaimana caranya. Apalagi di saat pihak yang kurugikan tidak memberi tahu aku apa yang ia inginkan.